Selasa, 24 September 2013

Never Ending !


Tau tidak ?

Hatiku remuk , terkoyak

Hancur berkeping keping

Tau tidak ?

Pikiranku kacau, terbebani

Hilang akal sehatku

  


Tau tidak ?

Jiwaku kosong, stress

Melompong semua rohaniku

Tau tidak ?

Mataku pedas, Panas

Berkaca kaca mataku


Dan tidak kah kau tau ?

Kenapa realita pedih itu menimpaku ?

Semua atas perbuatanmu !


Kau hancurkan warasku

Kau butakan mataku

Kau gelapkan hidupku

Kau sakiti jiwaku


Oh, Kekasih

Mengapa dihari itu

Aku harus meyaksikan peristiwa singkat itu ?

Apa tak ada materi lain yang harus ku saksikan ?

Kenapa aku harus melihatmu bercumbu

Dengan kekasih simpananmu itu ?

Apa tak ada peristiwa lain yang harus ku saksikan pula ?


Kenyataan itu makin membuat hatiku kalap

Cintamu padaku hanya bagaikan bumbu cinta yang hambar rasanya

Belenggu , Belenggu , Belenggu

Ku coba tuk menggaris bawahi kata Move On

Tapi kenapa tak sedikitpun kata itu mudah terjalani olehku

Terlalu susah ku cerna realita cintaku


Garis keras, Hatiku tak dapat mendusta

Ia seakan mutlak menggertak mulut, hati, jiwa, dan pikiranku

Untuk tak sedikitpun memusnahkanmu

Dai memori realita cinta pedih ini !

Tak ada, tak akan ada , dan bahkan tidak akan pernah ada

Kata bagai tanda kutip didalam cerita panjang ini !


Kamis, 12 September 2013

biografi taufik ismail

Penyair penerima Anugerah Seni Pemerintah RI (1970) yang menulis Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999), ini lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Pendiri majalah sastra Horison (1966) dan Dewan Kesenian Jakarta (1968) ini berobsesi mengantarkan sastra ke sekolah-sekolah menengah dan perguruan tinggi.


Taufiq Ismail, lulusan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia, Bogor (1963, sekarang Institut Pertanian Bogor. Selain telah menerima Anugerah Seni Pemerintah RI juga menerima American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57).


Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, Inggris, Jepang, Jerman, dan Perancis. Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan, antara lain: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.), Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970), Tirani (1966), Puisi-puisi Sepi (1971), Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971), Buku Tamu Museum Perjuangan (1972), Sajak Ladang Jagung (1973), Puisi-puisi Langit (1990), Tirani dan Benteng (1993), dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).


Selain itu, bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad, Taufiq menerjemahkan karya penting Muhammad Iqbal, Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam. Sedangkan bersama D.S. Moeljanto, salah seorang seorang penanda tangan Manifes Kebudayaan, menyunting Prahara Budaya (1994). 


Taufiq sudah bercita-cita jadi sastrawan sejak masih SMA di Pekalongan, Jawa Tengah. Kala itu, dia sudah mulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah. Dia memang dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehingga dia sejak kecil sudah suka membaca.


Kegemaran membacanya makin terpuaskan, ketika Taufiq menjadi penjaga perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Sambil menjaga perpustakaan, dia pun leluasa melahap karya Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Dia tidak hanya membaca buku sastra tetapi juga sejarah, politik, dan agama.


Kesukaan membacanya, tanpa disadari membuatnya menjadi mudah dan suka menulis. Ketertarikannya pada sastra semakin tumbuh tatkala dia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS. Dia mendapat kesempatan sekolah di situ, berkat beasiswa program pertukaran pelajar American Field Service International Scholarship. Di sana dia mengenal karya Robert Frost, Edgar Allan Poe, Walt Whitman. Dia sanga menyukai novel Hemingway The Old Man and The Sea.
Namun setelah lulus SMA, Taufiq menggumuli profesi lain untuk mengamankan urusan dapur, seraya dia terus mengasah kemampuannya di bidang sastra. Dia juga kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia di Bogor, lulus 1963. Semula dia berobsesi menjadi pengusaha peternakan untuk menafkahi karir kepenyairannya, namun dengan bekerja di PT Unilever Indonesia, dia bisa memenuhi kebutuhan itu.


Taufiq menikah dengan Esiyati  tahun 1971. Mereka dikaruniai satu anak, yang diberinya nama: Abraham Ismail. Dia sangat bangga dengan dukungan isterinya dalam perjalanan karir. Esiyati sangat memahami profesi, cita-cita seorang sastrawan, emosi sastrawan, bagaimana impuls-impuls seorang sastrawan.


Taufiq bersama sejumlah sastrawan lain, berobsesi memasyarakatkan sastra ke sekolah-sekolah melalui program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab”. Kegiatan ini disponsori Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.
Taufiq sudah menerbitkan sejumlah buku kumpulan puisi, di antaranya: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.); Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970); Tirani (1966); Puisi-puisi Sepi (1971); Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971); Buku Tamu Museum Perjuangan (1972); Sajak Ladang Jagung (1973); Puisi-puisi Langit (1990); Tirani dan Benteng (1993); dan Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999).

Dia pun sudah menerima penghargaan: - American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57); - Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan - SEA Write Award (1997).

Biodata:
Nama:Taufiq Ismail
Lahir:Bukittinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935
Agama: Islam
Isteri: Esiyati Ismail (Ati)
Anak:Abraham Ismail
Ayah:KH Abdul Gaffar Ismail (almarhum)
Ibu:Timur M Nur
Pendidikan:- Sekolah Rakyat di Semarang- SMP di Bukittinggi, Sumatera Barat- SMA di Pekalongan, Jawa Tengah- SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS- Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI, Bogor, 1963
Karir:- Penyair- Pendiri majalah sastra Horison (1966)- Pendiri Dewan Kesenian Jakarta (1968)- Redaktur Senior Horison dan kolumnis (1966-sekarang)- Wakil General Manager Taman Ismail Marzuki (1973)- Ketua Lembaga Pendidikan dan Kesenian Jakarta (1973-1977)- Penyair, penerjemah (1978-sekarang)
Kegiatan Lain:- Dosen Institut Pertanian Bogor (1962-1965)- Dosen Fakultas Psikologi UI (1967)- Sekretaris DPH-DKI (1970-1971)- Manager Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978)- Ketua Umum Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1985)
Karya:- Buku kumpulan puisinya yang telah diterbitkan: Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al.)- Benteng (1966; mengantarnya memperoleh Hadiah Seni 1970)- Tirani (1966)- Puisi-puisi Sepi (1971)- Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin, dan Langit (1971)- Buku Tamu Museum Perjuangan (1972)- Sajak Ladang Jagung (1973)- Puisi-puisi Langit (1990)- Tirani dan Benteng (1993)- Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1999)
Penghargaan:- American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat (1956-57)- Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970- SEA Write Award (1997)
Alamat Rumah:Jalan Utan Kayu Raya No. 66 E, Jakarta Timur 13120 Telepon (021)8504959, 881190
Alamat Kantor:Jalan Bumi Putera 23, Jakarta Timur- See more at: http://gudang-biografi.blogspot.com/2010/01/biografi-taufik-ismail.html#sthash.aG56sGqb.dpuf

Minggu, 08 September 2013

the day you went away

Well I wonder could it be
Aku bertanya-tanya mungkinkah
When I was dreaming 'bout you baby
Saat aku memimpikanmu kasih
You were dreaming of me
Kau juga sedang memimpikanku
Call me crazy, call me blind
Sebut aku gila, sebut aku buta
To still be suffering is stupid after all of this time
Tetap menderita sampai saat ini memanglah gila

PRE-CHORUS 1
Did I lose my love to someone better
Apakah kekasihku jadi milik orang lain yang lebih baik
And does she love you like I do
Dan apakah dia mencintamu sepertiku
I do, you know I really really do
Aku mencintaimu, kau tahu aku sangat mencintaimu

CHORUS
Well hey
Hey
So much I need to say
Banyak yang ingin kukatakan
Been lonely since the day
Aku telah kesepian sejak hari itu
The day you went away
Hari saat kau berlalu pergi
So sad but true
Sangat sedih namun benar
For me there's only you
Untukku hanya ada dirimu
Been crying since the day
Aku menangis sejak hari itu
The day you went away
Hari saat kau berlalu pergi

VERSE 2
I remember date and time
Aku ingat tanggal dan jam
September twenty second
Bulan September tanggal dua puluh dua
Sunday twenty five after nine
Hari minggu jam sembilan lebih lima
In the doorway with your case
Di ambang pintu dengan kopermu
No longer shouting at each other
Tak lagi saling berteriak
There were tears on our faces
Air mata menetes di wajah kita

Sabtu, 07 September 2013

My PRAY motivator by Bp. Sunarto

bismillahirrahmanirrahim


 Alhamdulillah, aku bersyukur kepadamu ya allah . karena, engkau telah menciptakan diriku dengan sempurna. engkau telah kirimkan aku ke dunia melalui orang tua ku. Maka wajib bagiku, untuk berbakti kepada kedua orangtua-ku. sebagai wujud pengabdian. Aku sadar bahwa engkau ciptakan aku, hanya satu-satunya didunia ini. Belum pernah ada sebelumku dan tidak akan pernah ada sesudahku. Itulah diriku yang spesial. oleh karena itu atas kesadaran ini saya menjadi optimis melihat masa depan. Maka atas izin dan ridhomu, aku berkeinginan untuk menjadi REPORTER  dan PENGUSAHA SUKSES dengan dukunganmu, doamu, dan segalanya yang telah kau berikan padaku agar aku dapat mencapai segala angan dan mimpiku ... CITA CITA KU

Senin, 02 September 2013

Umat Hindu Nindakaken Upacara Melasti

Gunungkidul,Dungkap Dinten Riyaya Nyepi, warsa enggal Saka 1935, tanggal 12 Maret benjing, atusan Umat Hindu saking wewengkon Ngayogyakarta lan sakiwa tengenipun nindakaken upacara Melasti, ing Pesisir Ngobaran, Gunungkidul. Ancasing upacara kangge sesuci dhiri utawi buwana alit, lan buwana agung utawi jagat raya.

Upacara Melasti kangge mahargya Dinten Riyaya Nyepi, tandha gumantosing warsa enggal Saka 1935, dipun tindakaken ing Pura Segara Wukir, Pesisir Ngobaran, Saptosari, Gunungkidul dinten Senen (25/2) siyang. Upacara Melasti dipun estreni dening atusan Umat Hindu sawewengkon Ngayogyakarta lan sakiwa tengenipun, kalebet Umat Hindu saking 15 pura ing Gunungkidul. Umat Hindu katingal tumemen nindakaken upacara dipun pandegani dening Pendheta Puja Bratha Jati. Miturut Ketua Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gunungkidul, Purwanto, Upacara Melasti mengku werdi sesuci dhiri lan jagat raya, kangge manunggalaken trihitakarana, sarta minangka rerangkening upacara lan brata penyepian ingkang badhe dhateng. Kajawi punika, Melasti ugi mengku ancas kangge sesuci asil pertanian, kanthi nyawisaken sesaji utawi banten, pekuluh, tumpeng, sarta gunungan.

Upacara Melasti, dipun pungkasi kanthi nglarung sesaji dhateng seganten, kangge mbucal enem watak manungsa ingkang awon, kama utawi nafsu biologis, srakah, murka, mada, utawi wuru, bingung sarta drengki lan srei.

Perajin Tenun Stagen Betah Bantuwan pemkab

Perajin Tenun Stagen Betah Bantuwan Pemkab


Klaten, Kawontenan perajin tenun stagen lan selendang ing Dhusun Patoman, Kedungampel, Cawas, Klaten, mrihatosaken, jalaran ngantos samangke kirang dipun gatosaken dening pemerintah. Samangke nalika regi benang mindhak, para perajin namung saged pasrah dhateng kawontenan.

Bab punika ingkang dipun andharaken dening salah satunggaling perajin stagen lan selendang ing Dhusun Patoman, Santo Miharjo. Santo Miharjo nelakaken kekirangan pawitan, kamangka regi benang ugi awis. Sakawit regi benang Rp 5.000,00 samangke Rp 11.000,00 saben kilo. Kamangka regi stagen namung Rp 4.000,00 ngantos Rp 5.000,00. Benang sakilo saged kangge ndamel stagen cacah sekawan, satemah bebathen para perajin mepet.

Nyumerepi kawontenan kasebat, satunggaling sesepuh masyarakat dhusun, Tumirin rumaos prihatin dhateng sesanggan gesang para perajin stagen lan selendang ing wewengkonipun. Ngantos samangke, para perajin dereng nate pikantuk pembinaan punapadene bantuwan pawitan saking dinas ingkang kawogan. Pangajabipun, pemerintah sageda gatosaken para perajin, supados gesangipun saged murwad.